Iya benar, saya akui, review-nya gk netral,,,, soalnya lebih mengutamakan ego dan "gue" banget.
Misalnya mengenai I/O itu, padahal untuk kebutuhan WordPress "normal", semua package di QWords sudah ideal kok, saya sekarang sudah analisa lebih mendalam mengenai I/O dan Inodes, dan memang benar. Saya memaksakan pendapat saya yang tidak cocok dengan paket yg ditawarkan, review itu adalah tentang saya saja, bukan untuk semua. Itu seperti apa yang saya pikirkan, saya tulis di Blog.
Kebiasaan main sosial media (Facebook) sepertinya tuan
QWords punya segmentasi, Shared Hosting, VPS, Dedicated, nah untuk segmen Shared Hosting, QWords batasi sesuai paket tertinggi disana, jika mau lebih ?, ya pakai VPS.
Nah yg menjadi masalah, saya terlalu terpengaruh subjektifitas saya karena saya punya "favorite" sendiri yang menurut review versi saya adalah yang terbaik bagi saya. Kalau ada cons/minus di provider lain yg saya review, maka kesalahan saya adalah mengungkit-ngungkit atau membanding-mandingkan dengan provider favorite saya itu karena memang unggul di aspek yg saya soroti.
Nothing is perfect, tapi saya membandingkan kekurangan orang dengan kelebihan orang lain, ya masalah lah ...
Nah kebetulan, provider yang saya anggap the best itu punya afiliasi juga, dan saya ikuti, padahal saya juga ikut afiliasi qwords, buktinya link nya ada (sudah saya share sebelumnya).
Di Blog saya, ada kok hosting terbaik menurut saya di kategori tertentu yang tidak ada afiliasi.
Saya tidak mengunggulkan afiliasi, tapi memang menurut saya provider itu yg terbaik, buktinya saya langsung ganti banner afiliasi di blog saya begitu menemukan provider lain yang lebih baik
Saya hanya merekomendasikan yang terbaik menurut saya.
Subjektivitas itu sama dengan rekomendasi, tapi saya salah menempatkannya, itu harusnya ditempatkan di artikel khusus yang topiknya memang komparasi atau list terbaik yg diurutkan dari terbik.
Terus terang, mengetahui kesalahan sendiri dari orang itu bikin shock, dan butuh kebijaksanaan dan kerendahan hati untuk menerima fakta kalau saya salah, maafkan saya jika awalnya ngeyel, ngeles, dsb
Tapi Insya Allah beginilah saya, saya tidak malu mengakui kesalahan, meskipun rasanya tetap memalukan
Kalau tidak begitu, saya akan terkungkung dan tersesat dalam kesalahan tanpa bisa dikoreksi dan lebih baik kedepannya.
Gak usah bolak balik logika dari hasil penjelasan saya
salah ya salah aja, kalau sekarang kamu bisa perbaiki apa, kembalikan 44 hari kami!
saya ga butuh kamu rendah hati, mau kamu hidup atau mau kamu ada atau ga ada saya ga peduli
saya butuh perbaikan dari kamu
kembalikan 44 hari kami!