Lukmanul Hakim
Apprentice 1.0
Mengenai IDCloudHost itu saya salah juga, bikin Review dalam bentuk Changelog, asli itu salah besar... makanya kalau tuan baca review IDCloudHost saya, itu dari awal kenal, sampai saya pindah, reviewnya bagus banget, sampai saya mengalami pengalaman yg bikin bad review. Yang saya akui, sayanya aja yang lebay. Karena ekspektasi saya tinggi terkait 24/7 live chat support.
Review jenis/style itu benar-benar salah, karena problem yg lagi open, malah dishare, dan ketika closed/solved, malah cuma dikasih Update bahwa sudah solved, padahal kalau saja tidak dipost, dan solved, maka tidak perlu dipost sejak awal. Jadi problem yg sebenernya harusnya antara Technical Support dan saya saja, itu tidak perlu kemana-mana.
Saya lebih parah daripada Customer yang dikit-dikit koar-koar di forum, saya malah koar-koar di Blog. Mana Blog saya sepi, jelas tidak dapat response. Masih mending koar-koar di DWH misalnya, akan dapat respon dari member sini karena DWH itu seperti CS Ke-2 para Hoster.
Saya benar-benar newbie yang baru belajar, saya salah, saya tidak sadar karena ketidaktahuan dan minimnya pengalaman saya.
Karena apa yang saya rasakan, mentah-mentah saya share, padahal seperti kata @Minimal, ada batasan mana kekecewaan yang pantas dishare dan mana yang tidak, artikel review-nya sudah saya revisi.
IDCloudHost menawarkan produk yang bagus (pihak IDCloudHost tau saya suka produk cloud hosting mereka), tapi dari sisi support saya terlalu manja, akibat terlalu kepo, karena provider sebelumnya memang memanjakan saya dari sisi support.
Saya, sebelum ngeblog, itu lamaa banget di Social Media, tau kan gimana cara mengemukakan pikiran di social media ? "Apa yang Anda pikirkan sekarang ?". Bedanya social media saya lebih tertutup, yakni FB, kalau saya lama dan aktif di Twitter, mungkin lain ceritanya ya ?. Saat ini saya tidak punya akun FB lagi, dan saya mulai punya account di Twitter, dan saya sangat hati-hati sekarang.
Kebiasaan update status di social media itu, saya bawa ke environment Blog, padahal pikiran harus difilter, sekecewa gimana pun dengan sebuah layanan, harusnya saya filter, batasan kecewa yang pantas dipublish dan tidak itu apa ?, dan bagaimana retorika yg baik dalam menyampaikannya.
Bukan malah ceplas ceplos, asbun ....
Saya benar-benar tidak tau, ini adalah pengalaman pertama saya.
Sekali lagi, saya mengakui semua kesalahan saya, saya tidak ngeles, cerita saya diatas hanya curhatan saya saja, sedikit banyaknya itu mempengaruhi perilaku salah saya di Blog.
Review jenis/style itu benar-benar salah, karena problem yg lagi open, malah dishare, dan ketika closed/solved, malah cuma dikasih Update bahwa sudah solved, padahal kalau saja tidak dipost, dan solved, maka tidak perlu dipost sejak awal. Jadi problem yg sebenernya harusnya antara Technical Support dan saya saja, itu tidak perlu kemana-mana.
Saya lebih parah daripada Customer yang dikit-dikit koar-koar di forum, saya malah koar-koar di Blog. Mana Blog saya sepi, jelas tidak dapat response. Masih mending koar-koar di DWH misalnya, akan dapat respon dari member sini karena DWH itu seperti CS Ke-2 para Hoster.
Saya benar-benar newbie yang baru belajar, saya salah, saya tidak sadar karena ketidaktahuan dan minimnya pengalaman saya.
Karena apa yang saya rasakan, mentah-mentah saya share, padahal seperti kata @Minimal, ada batasan mana kekecewaan yang pantas dishare dan mana yang tidak, artikel review-nya sudah saya revisi.
IDCloudHost menawarkan produk yang bagus (pihak IDCloudHost tau saya suka produk cloud hosting mereka), tapi dari sisi support saya terlalu manja, akibat terlalu kepo, karena provider sebelumnya memang memanjakan saya dari sisi support.
Saya, sebelum ngeblog, itu lamaa banget di Social Media, tau kan gimana cara mengemukakan pikiran di social media ? "Apa yang Anda pikirkan sekarang ?". Bedanya social media saya lebih tertutup, yakni FB, kalau saya lama dan aktif di Twitter, mungkin lain ceritanya ya ?. Saat ini saya tidak punya akun FB lagi, dan saya mulai punya account di Twitter, dan saya sangat hati-hati sekarang.
Kebiasaan update status di social media itu, saya bawa ke environment Blog, padahal pikiran harus difilter, sekecewa gimana pun dengan sebuah layanan, harusnya saya filter, batasan kecewa yang pantas dipublish dan tidak itu apa ?, dan bagaimana retorika yg baik dalam menyampaikannya.
Bukan malah ceplas ceplos, asbun ....
Saya benar-benar tidak tau, ini adalah pengalaman pertama saya.
Sekali lagi, saya mengakui semua kesalahan saya, saya tidak ngeles, cerita saya diatas hanya curhatan saya saja, sedikit banyaknya itu mempengaruhi perilaku salah saya di Blog.