JKTwebHOSTING
Hosting Guru
Betul itu Tuan, setuju sama semua pointnya
1. Menurut saya menunjukkan bahwa pihak web hosting mau "sehidup semati" dengan client2nya.
2. Menjawab pertanyaan bahwa apabila penyedia web hosting nya sendiri "tidak berani" menggunakan infrastrukturnya sehingga harus pakai pihak lain, maka bagaimana orang lain (pelanggan baru) bisa percaya ?
Mohon maaf ya Master-Master semua.
Saya mau sharing menurut sudut pandang saya sebagai pengguna (Bukan pengusaha web hosting).
Mohon maaf sebelumnya jika ada kesalahan kata dan tidak ada maksud saya menggurui para master, karena saya hanya ingin sharing berdasarkan pengalaman pribadi saja.
Yang penting media komunikasi lain harus bisa dihubungi, misalnya Twitter, Facebook, SMS, WA atau BBM.
Sedangkan mengenai website dari penyedia web hosting menurut saya sebaiknya tetap berada pada "lingkungan" yang sama dengan client.
Kenapa demikian?
1. Menurut saya menunjukkan bahwa pihak web hosting mau "sehidup semati" dengan client2nya.
2. Menjawab pertanyaan bahwa apabila penyedia web hosting nya sendiri "tidak berani" menggunakan infrastrukturnya sehingga harus pakai pihak lain, maka bagaimana orang lain (pelanggan baru) bisa percaya ?
Sekali lagi maaf jika ada kesalahan kata dan tidak ada maksud sedikitpun untuk sok pintar.
Terima kasih.
saya quote kembali
=sehidup semati, bukan berarti mengorbankan kelangsungan keaktifan web utama dimana member area mendapatkan informasi
yakin tidak pernah berfikir "wah gimna mau kabari klien wong web dia saja tidak bis diakses, apaan itu," ???
=berarti keputusan (anggaplah rcs) memakai insfrastruktur OVH untuk meng host billing itu menyatakan si rcs ini tidak berani memakai insrastruktur sendiri??
kalau hoster nanya " bapak, sma sama hapus data yok, tapi mau sehidup semati, habis itu kami buatin invoice baru, bapak wajib bayar ya biar bisa webnya up lagi" , mau jawab apa tuan?
"wah gimna mau kabari klien wong web dia saja tidak bis diakses, apaan itu" <== pemikiran paling sering dari klien
"nomiinal 567 889 223 sja untuk membantu auto payment (payment gateway nya dari domosquare) agar dapat mendeteksi pembayran otomatis" masih banyak yang gak mau , misal invoice 5557 , total pembaran 150.000 karena pakai payment menjadi 150.557. yang ini saja msih banyak yang gak mau, padahal 557 iyu gak diambil hoster, balik lagi ke akun kleinnya menjadi deposit,"
kalau hoster nanya " bapak, sma sama hapus data yok, tapi mau sehidup semati, habis itu kami buatin invoice baru, bapak wajib bayar ya biar bisa webnya up lagi" , mau jawab apa tuan?
Boleh dan sah-sah saja menyikapinya dari sudut pandang user.
Tapi bagi para pengusaha webhosting, matinya website adalah aib.
Ibaratnya pabrik, maka ada toko dilain tempat, misalnya di pasar/mal.
Kalau tokonya disatu gedung dgn pabrik, jika terbakar, habislah sudah semua.
Beda cerita kalau toko berlainan lokasi dgn pabrik. Pabrik terbakar, masih ada barang2 di toko yang bisa di jual.
Menurut saya peribadi, apa yang bisa terlihat di mata klien atau calon klien maka tunjukkan bahwa pihak penyedia jasa percaya diri dengan infrastruktur nya.
Kalau backup di taruh ditempat berbeda ya fine-fine saja, kan klien juga tidak bisa lihat / tahu (secara umum begitu).