tajidyakub
Apprentice 1.0
Opini Saya;
Dari perspektif cashflow bagus menurut saya memang karena uang masuknya bagus (cash), cashflow nilainya tinggi di dunia bisnis (opini, bukan jebolan sekolah bisnis ). Bisnis dengan cashflow bagus biasanya menjadi subsidi cash untuk bisnis lain yang cashflownya membutuhkan waktu lebih lama, misalnya jasa konstruksi.
Kalau untuk penerapan di bidang yang sama terus terang agak sulit, karena Bisnis Hosting sendiri apabila dihitung dengan baik membutuhkan Capital Investment (bagi yang colo atau mengelola data center sendiri) yang tidak sedikit dan Operational Expense yang pastinya akan selalu bertambah seiring membengkaknya jumlah pengguna layanan kita.
Tanpa suntikan dana yang kuat dan pencapaian target yang sesuai bahkan melebihi ekspektasi, akan sulit untuk mencapai status sustainable, mayoritas gugur sebelum tercapainya kondisi tersebut.
Karena sekarang hosting merupakan bisnis retail, akibatnya margin tipis, artinya baru *berasa* apabila volume besar. Sebelum volume besar maka kondisi ideal tidak akan tercapai, yang dapat dimanfaatkan adalah cash cepatnya itu yang mengoptimalkan cost of money (dalam hal ini cost of cash).
Ilustrasi,
1 Server @2 jt sebulan = 300 user x 100.000 per tahun, selisihnya = 6 jt pertahun utilisasi 100%.
5 Server @2 jt sebulan = 1500 user x 100.000 per tahun, selisihnya = 30 jt per tahun utilisasi 100%.
Sampai dengan mencapai 300,600,1500 selalu ada subsidi silang (Suntikan Modal Operasional). Begitu sampai 1500, kita gak dagang lagi misalnya, tinggal pertahankan user, mengembalikan modal, masalahnya, berapa lama sampai 1500 user .
Kesimpulan opini saya;
Modal harus kencaaang , atau kita harus bisa menghitung selisih cost of money (misal pinjam ke bank). Dan tentunya, harga jual dan target penjualan juga harus diperhitungkan dengan baik (menyesuaikan dengan target penjualan dan kondisi permodalan).
Dari perspektif cashflow bagus menurut saya memang karena uang masuknya bagus (cash), cashflow nilainya tinggi di dunia bisnis (opini, bukan jebolan sekolah bisnis ). Bisnis dengan cashflow bagus biasanya menjadi subsidi cash untuk bisnis lain yang cashflownya membutuhkan waktu lebih lama, misalnya jasa konstruksi.
Kalau untuk penerapan di bidang yang sama terus terang agak sulit, karena Bisnis Hosting sendiri apabila dihitung dengan baik membutuhkan Capital Investment (bagi yang colo atau mengelola data center sendiri) yang tidak sedikit dan Operational Expense yang pastinya akan selalu bertambah seiring membengkaknya jumlah pengguna layanan kita.
Tanpa suntikan dana yang kuat dan pencapaian target yang sesuai bahkan melebihi ekspektasi, akan sulit untuk mencapai status sustainable, mayoritas gugur sebelum tercapainya kondisi tersebut.
Karena sekarang hosting merupakan bisnis retail, akibatnya margin tipis, artinya baru *berasa* apabila volume besar. Sebelum volume besar maka kondisi ideal tidak akan tercapai, yang dapat dimanfaatkan adalah cash cepatnya itu yang mengoptimalkan cost of money (dalam hal ini cost of cash).
Ilustrasi,
1 Server @2 jt sebulan = 300 user x 100.000 per tahun, selisihnya = 6 jt pertahun utilisasi 100%.
5 Server @2 jt sebulan = 1500 user x 100.000 per tahun, selisihnya = 30 jt per tahun utilisasi 100%.
Sampai dengan mencapai 300,600,1500 selalu ada subsidi silang (Suntikan Modal Operasional). Begitu sampai 1500, kita gak dagang lagi misalnya, tinggal pertahankan user, mengembalikan modal, masalahnya, berapa lama sampai 1500 user .
Kesimpulan opini saya;
Modal harus kencaaang , atau kita harus bisa menghitung selisih cost of money (misal pinjam ke bank). Dan tentunya, harga jual dan target penjualan juga harus diperhitungkan dengan baik (menyesuaikan dengan target penjualan dan kondisi permodalan).