Maksud PANDI untuk membebankan biaya "lebih" kepada domain .ID sebenarnya masih masuk akal dalam upaya positioning dan strategi bisnis domain.
PANDI juga tahu bahwa .ID termasuk ekstensi yang "cantik" karena banyak padanan kata Suffix bahasa Inggris yang seirama dengan .ID plus ketersediaan karakter yang masih lumayan banyak sehingga tak langsung membuat value .ID meningkat. Apalagi .ID termasuk domain DTT.
Masalah harga itu relatif ya kalau mau dihubungkan dengan target isi kontent webnya sendiri. Harga 250rb buat Tirto.ID gak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan blog isi resep makanan ibu-ibu. Toh, dari akhir tahun 2016 PANDI sudah menetapkan harga resmi reguler .ID itu Rp 250.000 di luar promo.
Lagian juga, jika merasa keberatan dengan harga .ID masih ada DTD .ID lainnya yang harganya bahkan jauh lebih murah. Kenapa harus memaksakan bayar lebih mahal jika ada alternatif yang sudah tersedia. Apakah domain DTD .ID lainnya tidak bisa menjual, apakah tidak nasionalis?
Ibaratnya, PANDI buka showroom mobil. Kalau banyak uang bisa beli Fortuner (.ID), uang pas-pasan beli Rush (.web.id/dll), sulit uang beli aja Sigra (.my.id).
Apakah harga .ID bisa turun? Bisa saja tapi akan merusak positioning dan segmentasi keluarga domain .ID. Itulah fungsi dari promo untuk menjembatani berbagai kepentingan dari pihak-pihak yang ingin murah.