GPLHosting
Hosting Guru
Kencang juga yah koneksinya om @rendy untuk Tier 1 International Carrier (NTT Indonesia, HE)
Jangan bengong gitu ahhh.... itu kan UPTO dan shared 1 dibanding ribuan client-nya
Kencang juga yah koneksinya om @rendy untuk Tier 1 International Carrier (NTT Indonesia, HE)
Wkwkwkwwk... bisa aja ibu kita yang satu ini...Jangan bengong gitu ahhh.... itu kan UPTO dan shared 1 dibanding ribuan client-nya
Tuan, Kenapa setiap beli IIX ada keterangan server connection, port IX dan IIX. Tapi kalau beli server luar, gak ada tulisan speed port Indoensia.???
Misalnya beli hosting server Indo, ada tulisan IIX 1Gbps port, IX 10Mbps.
Kalau sewa server luar yang ada cuma 1Gbps tapi tidak ada keterangan IIX.
Kalau di provider saya 5mbps = 512kb/s dari SG ke Indonesia.
kalau dari SG ke Atlanta/Lenoir dapat sekitar 100mbps = 10MB/s
colek mas @rendy barangkali bisa bantu menjelasan mengingat ada keterangan
Multiple Blended Bandwidth
https://www.qwords.com/dedicated-server/colocation/
- 1Gbps Indonesia Internet Exchange
- 1Gbps Matrix Cable Internet Exchange Singapore
- 1Gbps OpenIXP
- 155Mbps mixed Tier 1 International Carrier (NTT Indonesia, HE)
Kencang juga yah koneksinya om @rendy untuk Tier 1 International Carrier (NTT Indonesia, HE)
Jangan bengong gitu ahhh.... itu kan UPTO dan shared 1 dibanding ribuan client-nya
semoga memperjelas yasatu satu ya dibalasnya
Konsep bisnisnya berbeda di luar negeri, di sana, biaya bulanan lebih kearah sewa Port dan Capped Bandwidth
semisal, saya punya 10 rack server, saya cukup beli koneksi semisal, 1Gbps port (rata-rata usd 1000 per bulan) mau berapa port dan dari berapa provider? bayar cross connect fee ke provider dc / gedung, sewa rack, dll dll
konek ke Internet Exchange juga berbayar, ada biaya maintenance, setup, cross connect, rack, dll
juga ada biaya local loop, semisal kita naruh di dc Texas, sedang kita butuh konek ke dc di LA, ada biaya local loop atau biaya bandwidth yang dibayar
dari sana tinggal dihitung berapa bulanannya, dan kira-kira berapa yang bisa dimonetized
kalau di Indonesia, lain lagi
konektivitas rata-rata ada di Gedung Cyber 1, ongkos cross connectnya terbilang cukup murah (biaya selantai / beda lantai / beda dc)
dulu internet exchange di Indonesia hanya ada IIX, milik APJII, sampai ada OpenIXP, keduanya membuat biaya internet semakin murah, kenapa? karena dahulu traffic yang dilalui untuk local harus bertemu di hongkong atau singapura, bisa bertemu di Jakarta
sebagai contoh, konektivitas kami ke antar data center (DC Qwords lantai 3 Cyber ke POP kami di APJII lantai 1) backbonenya 10Gbps
semakin besar pipa akan menurunkan biaya per Mbpsnya
dengan banyaknya DC, sekarang yang problem konektivitas antar DC, apakah harus melalui Public Peering (Exchange) atau Private peering, costnya bisa dihitung, tapi masuk apa enggak ke konsumen, itu yang ga jelas,
Sedangkan biaya bandwidth internasional semakin murah, dan Player Tier 1 Internet juga mulai ada di Indonesia, sehingga kualitas semakin baik.
berbeda sekali dengan dahulu, 1Mbps saya kena 700 Dolar
dan di Indonesia, ISP atau NAP masih bisnis modelnya sewa Bandwidth, bukan sewa port.
kasus mas Hadi di atas, itu karena biaya bandwidth ke Indonesianya masih cukup mahal
di halaman ini belum diupdate kayaknya, thanks sudah mengingatkan
di pricelist udah
Bandwidth International kami sekarang mixed di 350Mbps, Konek ke Tier 1 Internet (NTT America) dan Beberapa Provider seperti HE, dan juga Tier 2 ISP yang dilanjut ke PCCW, TINET, dan ke Tier 3 ISP.
ini diluar peering 1Gbps ke Singapura, Hongkong IX
Iya kencang, cuma ga bisa dipakai semua, karena harus ada cadangan, di kami harus ada cadangan 40% dari total bandwidth, kalau sudah terpakai 60%, artinya harus upgrade, kenapa? karena content harus ada napas, kalau ngepas, ngga bisa napas, bisa kabur customernya.
jadi kalau dari 350Mbps total yang dipunya, sekarang kami pakai di sekitar 160-200Mbps, untuk internasional saja, diluar Peering local atau Internasional
dan itu pun setiap Network trafficnya berbeda beda, karena costnya pun berbeda beda, sebagai contoh, bandwidth NTT lebih mahal daripada bandwidth ISP lain, karena tier 1, dan kualitasnya memang lebih oke (best path)
yang diberikan ke konsumen beda beda, semisal, konsumen dedicated server / co-location, up to 50Mbps untuk internasional, kami menerapkan sistem fair usage, semisal penggunaan average di 2Mbps artinya ya harus beli dedicated bandwidth, kalau hanya sesekali tidak kami hitung, wajar kan
kenapa MIXED? karena sebetulnya nature bisnisnya bukan jualan bandwidth, kalau dipisah pisah ngga bagus, cuma karena industry hulunya di Indonesia masih jualan bandwidth jadi agak susah, kedepan seharusnya konsumen beli port 100Mbps, ya bisa dapat 100Mbps, cuma karena industrinya masih kurang oke di bagian hulu, kasusnya seperti yang mas HADI @PusatHosting
datanya boleh dilihat di sini
Banyak banget penjelasannya Om. Jadi sebaiknya memilih server negara mana?
Terkadang juga server Indonesia punya space dan specs lebih kecil dibanding dengan luar dengan harga yang sama.
Cara tahu latency bagaimana?tergantung target marketnya, problem naruh server dimana itu sebetulnya latency ke user, tapi kalau masih dibawah 20ms ga kerasa
Cara tahu latency bagaimana?
Misalnya blog dengan pengunjung seluruh dunia termasuk Indonesia, sebaiknya memilih server mana?
traceroute? mtr? ping?
kalau saya blog pribadi masih di usa, belum sempat mindahin ke indo, visitornya sedikit, jauh dibanding 8 tahun lalu
kalau diatas 80% indo mending taruh di indo
Cara pakenya gimana tuh?
Itu kalau mau test, harus punya hostingnya dulu?
Kalau server Indonesia, lebih banyak pengunjungnya?
Blog saya seperti ini
View attachment 2180